Indonesia termasuk negara yang memiliki kekayaan nilai budaya di mana banyak permainan tradisional yang dimainkan beserta dengan lagu iringannya masing-masing. Cublak Cublak Suweng merupakan salah satu permainan tradisional Indonesia yang dimainkan dengan iringan lagu dolanan.
Lagu dolanan adalah bentuk karya sastra Jawa yang dipakai untuk mengiringi permainan tradisional saat dimainkan anak-anak. Lirik lagu Cublak Cublak Suweng sendiri terkesan sangat sederhana yang hanya difungsikan untuk menambah keseruan permainan.
Lagu dolanan Cublak Cublak Suweng dinyanyikan bersamaan dengan gerakan tangan yang saling mengoper batu yang dimana pada putaran kedua akan disimpan oleh salah satu orang. Dalam permainannya, lagu Cublak Cublak Suweng akan diulangi sebanyak dua kali agar batu yang hendak disembunyikan dapat diputar ke semua anak yang bermain.
Dikutip dari Jurnal Ilmu Budaya berjudul Nilai Moral Dalam Lirik Dolanan Cublak-Cublak Suweng oleh Freddy Widya Ariesta, berikut lirik lagu Cublak Cublak Suweng beserta artinya.
Lirik Lagu Cublak Cublak Suweng dan Artinya
Cublak cublak suweng
Suwenge ting gelenter
(Antingnya berserakan)
Mambu ketundhung gudel
(Berbau anak kerbau yang terlepas)
Pak empong lera lere
(Bapak ompong yang menggeleng-gelengkan kepalanya)
Sapa ngguyu ndhelikkake
(Siapa yang tertawa dia yang menyembunyikan)
Sir sir pong dhele kopong 2x
(Kedelai kosong tidak ada isinya)
Sejarah Lagu Cublak Cublak Suweng
Dilansir laman resmi Universitas Bina Nusantara, lagu Cublak Cublak Suweng berkaitan erat dengan Wali Songo yang merupakan tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Lagu dolanan ini berasal dari kawasan Jawa Timur yang diciptakan oleh Syekh Maulana Ainul Yakin yang juga dikenal sebagai Sunan Giri pada tahun 1442 M.
Saat itu, Sunan Giri sedang dalam misi menyebarkan agama Islam di Indonesia dengan melibatkan kebudayaan khususnya budaya masyarakat Jawa. sehingga, permainan Cublak Cublak Suweng sendiri mempunyai filosofi khusus berupa media dakwah Wali Songo.
Makna Lagu Cublak Cublak Suweng
Masih berdasarkan Jurnal Ilmu Budaya karya Freddy Widya Ariesta, arti dari kata cublak cublak sendiri adalah tempat. Sedangkan suweng berarti suwung, sepi, sejati, dan harta sejati. Sehingga, jika digabungkan, cublak cublak suweng berarti tempat harta berharga.
Gelenter berarti berserakan yang bermakna harta yang dicari oleh manusia sesungguhnya telah berserakan atau tersebar di bumi. Gudel merupakan sebuah istilah yang kerap digunakan masyarakat Jawa sebagai penggambaran anak kerbau yang melambangkan orang bodoh. Sehingga, kalimat mambu ketundhung gudel berarti orang yang bodoh (tidak memiliki cukup pengetahuan) turut mencari harta dunia dengan nafsu ego, korupsi, menjual belikan jabatan demi kebahagiaan sesaat.
Pak empo lera-lere bermakna orang bodoh yang mencari kebahagiaan tersebut layaknya orang tua ompong yang nampak tak punya arah. Walaupun manusia telah memiliki harta melimpah, ternyata hal tersebut bukanlah kebahagiaan abadi. Kegelisahan serta kebingungan akan selalu menyertai akibat keserakahan manusia akan harta.
Sopo ngguyu ndhelikake secara harfiah berarti siapa yang tersenyum berarti menyembunyikan. Hal ini dimaknai dengan orang yang bijaksana akan menemukan kebahagiaan sejati dan mereka adalah orang yang tetap tersenyum dan lapang dada dalam menjalani hidup.
Hati nurani (sir) kedelai kosong tanpa isi (pong dele kopong) bermakna hati nurani yang kosong yang harus disiapkan tatkala berusaha mencapai kebahagiaan abadi agar terhindar dari kecintaan terhadap kekayaan dunia yang berlebihan.
Sehingga, secara garis besar, keseluruhan lagu Cublak Cublak Suweng bermakna anjuran untuk tidak menuruti hawa nafsu dan untuk selalu memakai hati nurani dalam setiap urusan. Kebahagiaan yang abadi akan didapatkan dengan hati nurani yang selalu melibatkan urusan akhirat atas urusan duniawi.
Secara kultural, lagu dolanan Cublak Cublak Suweng mengajarkan anak-anak untuk selalu mengimplementasikan hati nurani sejak dini agar hal tersebut tertanam sampai dewasa.