Nama Marcella Santoso mencuat ke publik bukan karena kiprahnya sebagai pengacara, melainkan sebagai tersangka utama dalam dugaan penyebaran hoaks sistematis yang menyerang institusi negara, termasuk Kejaksaan Agung dan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Ia dituduh sebagai penggerak di balik kampanye tagar #IndonesiaGelap yang ramai di media sosial pada awal 2025.
Peran dan Posisi Kunci
Marcella dikenal sebagai advokat muda dengan jejaring luas di kalangan influencer dan digital marketing.
Berdasarkan keterangan penyidikan Kejaksaan Agung, ia disebut tidak hanya memproduksi konten provokatif, tetapi juga memobilisasi tim buzzer untuk mendistribusikan narasi negatif yang menyasar institusi penegakan hukum dan pemerintah pusat.
Dalam sebuah video klarifikasi yang ditayangkan Kejagung pada 17 Juni, Marcella sempat mengakui bahwa ia menyusun konten yang mengaitkan isu kontroversial seperti revisi RUU TNI dan kampanye Indonesia Gelap, serta menyebarkannya melalui jaringan digital.
Namun, keesokan harinya, ia menarik pernyataannya dan membantah keterlibatan dalam produksi konten tersebut.
Perubahan pernyataan inilah yang memantik kecurigaan publik dan pakar komunikasi tentang motif dan tekanan di balik pengakuan tersebut.
Kronologi Kasus
Tagar #IndonesiaGelap pertama kali mencuat di Februari 2025, bertepatan dengan meningkatnya aksi demonstrasi menolak beberapa kebijakan Presiden Prabowo dan isu seputar penguatan peran militer.
Narasi ini kemudian menyebar luas melalui platform digital, sering kali disertai disinformasi dan pesan ajakan melawan institusi negara.
Bersamaan dengan itu, Kejagung tengah mengusut beberapa kasus besar seperti dugaan korupsi CPO, impor gula, dan skandal izin tambang PT Timah.
Dalam konteks inilah, penyidik menduga bahwa kampanye digital itu bukan semata kritik publik, melainkan bagian dari upaya mengganggu proses penegakan hukum.
Marcella kemudian ditetapkan sebagai tersangka perintangan penyidikan dan penuntutan bersama tiga orang lainnya. Ia juga tengah menghadapi proses hukum terpisah dalam kasus dugaan suap terhadap hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Jaringan Keterlibatan
Hingga saat ini, pihak Kejagung belum mengungkap seluruh aktor yang diduga terlibat dalam jaringan penyebaran hoaks.
Namun, dari dokumen pemeriksaan sementara, terdapat percakapan digital yang menunjukkan koordinasi antara Marcella dan pihak-pihak eksternal, termasuk buzzer dan operator media sosial bayangan.
Beberapa dari mereka sedang dalam proses pemeriksaan intensif dan berpotensi menjadi tersangka baru.
Implikasi Politik dan Hukum
Kasus ini menimbulkan pertanyaan besar terkait etika komunikasi digital dalam konteks demokrasi, serta peran profesi hukum yang seharusnya menjunjung tinggi integritas.
Narasi Indonesia Gelap yang awalnya dianggap sebagai ekspresi aspirasi publik kini berubah menjadi indikasi kampanye manipulatif terstruktur, menyasar lembaga hukum dan simbol legitimasi negara.
Kejaksaan Agung menegaskan bahwa klarifikasi publik oleh Marcella dilakukan atas kemauan sendiri dan tidak dalam tekanan.
Namun, perubahan narasi dalam tempo cepat serta absennya bukti konten yang ditayangkan Kejagung memicu keraguan baru di kalangan masyarakat sipil dan praktisi hukum. dilansir dari situs resmi seputar cibubur co.id.