PT Maruwa Indonesia perusahaan manufaktur yang telah beroperasi sejak 1999 di Batam, secara mengejutkan menghentikan seluruh kegiatan operasionalnya di Bintang Industri II, Tanjung Uncang, Batuaji, Kota Batam.
Penutupan mendadak ini memicu konflik antara pihak manajemen dan ratusan karyawan yang kini menghadapi ketidakpastian nasib.
Perusahaan yang bergerak di bidang Flexible Printed Circuit (FPC) ini diketahui mulai menghentikan aktivitas produksinya sejak awal April 2025. Berdasarkan informasi internal, penyebab utama penutupan ini adalah terhentinya pasokan bahan produksi dari mitra perusahaan di Malaysia—pemasok yang selama ini menjadi penopang utama rantai produksi PT Maruwa Indonesia.
Situasi ini membuat ratusan karyawan terkejut dan kecewa. Mereka menuntut kejelasan dari manajemen terkait hak-hak mereka, termasuk pesangon dan penyelesaian kontrak kerja secara adil.
“Tidak ada pemberitahuan resmi sebelumnya. Tiba-tiba produksi dihentikan dan kami diminta berhenti bekerja. Kami bingung harus bagaimana,” ujar salah satu karyawan yang enggan disebut namanya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari manajemen PT Maruwa Indonesia. Para pekerja berharap pihak Dinas Ketenagakerjaan segera turun tangan untuk memediasi konflik ini dan memastikan hak-hak buruh dipenuhi sesuai undang-undang ketenagakerjaan.
Penutupan PT Maruwa Indonesia menambah daftar panjang perusahaan yang tutup akibat ketergantungan pada rantai pasok luar negeri. Kasus ini sekaligus menjadi sorotan akan pentingnya diversifikasi sumber produksi dan perlindungan bagi tenaga kerja di sektor manufaktur. dilansir dari situs resmi batam co.id.
