Parlemen Jerman telah dibubarkan oleh Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier, dan sekaligus menjadwalkan untuk pemilu lagi pada 23 Februari 2025 mendatang.
Hal tersebut usai koalisi pendukung pemerintahan Kanselir Olaf Scholz kehilangan suara mayoritas di parlemen. Dengan begitu, pemerintahan Kanselir Olaf Scholz dinyatakan runtuh.
Di Dalam pidatonya di Istana Bellevue, Presiden Steinmeier menyatakan pentingnya membentuk pemerintahan yang mampu bertindak serta mayoritas yang diandalkan di parlemen. Ini, untuk menjaga stabilita di tengah situasi yang penuh tantangan.
“Kebencian dan kekerasan tidak boleh ada dalam kampanye pemilihan ini, begitu pula penghinaan atau intimidasi. Semua ini adalah racun bagi demokrasi,” ujar Steinmeier dalam keterangan Al Jazeera.
Pada kesempatan ini, Steinmeier juga mengingatkan adanya pengaruh asing dalam kampanye berjalan, termasuk mewaspadai adanya penyalahgunaan media sosial.
Dukungan Pemerintah Scholz
Selama pemerintahan baru belum terbentuk, Scholz akan tetap menjabat sebagai kanselir sementara. Diketahui, bahwa Sholz pemerintahanya runtuh akibat menteri Keuangan Christian Lindser dari Partai Demokrat Bebas (FPD) keluar dari pemerintahan.
Persoalan politik menjadi sulit terkendali di tengah kondisi rumit, termasuk isu serangan penembakan mobil mematikan di pasar Natal, pekan lalu yang kembali memanaskan perdebatan mengenai keamanan da kebijakan imigrasi.
Tentunya, Presiden Steinmeier meminta pemerintah mendapatkan tantangan besar, baik situasi ekonomi yang tidak stabil, perang Timur Tengah dan Ukraina, maupun isu perubahan iklim dan migrasi. “Pemecahan masalah harus kembali menjadi inti politik,” tegasnya./Al-Jazeera, dilansir dari situs resmi bisnistidayco.id