Nama Soekarno mungkin telah melekat dalam diri sang proklamator sekaligus presiden pertama Indonesia.
Namun usai aturan ejaan baru berlaku, penulisan Soekarno pun berganti menjadi Sukarno dan mulai sering digunakan.
Meski sering menuai perdebatan, ternyata Bung Karno sendiri mengaku lebih menyukai namanya ditulis dengan ejaan begini.
Sebelum aturan ejaan yang baru berlaku, masyarakat Indonesia kala itu masih menggunakan sistem ejaan Belanda, Van Ophuijsen.
Ejaan tersebut merupakan ejaan lama sebelum tahun 1947 yang mana nama sang proklamator ditulis sebagai Soekarno.
Bahkan dalam dokumen-dokumen resmi yang ditulis sebelum era reformasi, nama Soekarno masih ditulis dengan ejaan lama.
Tetapi setelah Indonesia memberlakukan aturan ejaan baru yang disederhanakan, salah satunya dengan mengganti ‘oe’ menjadi ‘u’.
Penulisan nama Soekarno pun turut berdampak dan berganti menjadi Sukarno mengikuti aturan dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD).
Kendati mengalami perubahaan ejaan dalam namanya, rupanya Bung Karno mengaku menyukai perubahaan ejaan tersebut dalam namanya.
Hal tersebut ia ungkapkan melalui wawancaranya yang dimuat dalam buku biografi berjudul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Dalam buku yang memuat perjalanan hidupnya itu, Bung Karno sempat menyinggung soal penulisan namanya dengan ejaan yang tepat.
Dirinya juga turut mengakui ketidak sukaannya ketika namanya ditulis dalam ejaan lama dalam wawancaranya bersama jurnalis Amerika itu.
“Namaku ditulis Soekarno, tetapi ejaan yang benar adalah Sukarno. ‘Soekarno’ adalah ejaan lama, dan aku tidak suka ejaan lama itu,” tuturnya.
“Aku lebih suka menulis namaku dengan Sukarno, sebagaimana mestinya dalam ejaan baru,” kata Bung Karno, dikutip tim Hops.ID pada Rabu, 15 Januari 2025.
Selain sang proklamator, pemerintah Indonesia umumnya juga menggunakan ejaan tersebut dalam dokumen resmi usai EYD diberlakukan.
Dalam beberapa buku sejarah dan situs resmi kepresidenan yang memuat namanya, ejaan Sukarno kerap kali digunakan.
Termasuk juga dalam dokumen dan buku yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Meski demikian, nama ‘Soekarno’ yang menggunakan ejaan lama tidak serta merta langsung dihilangkan begitu saja.
Nama yang telah mengambil andil besar dalam sejarah Indonesia itu hingga kini masih sering digunakan dalam beberapa hal.
Hal tersebut karena ejaan Soekarno dinilai telah melekat dalam diri sang proklamator oleh karenanya masih dipertahankan hingga kini.
Selain itu karena alasan sejarah, tak sedikit yang menggunakan ejaan Soekarno dalam beberapa konteks sebagai bentuk penghormatan.
Seperti contohnya dalam beberapa nama jalan, artikel media, dan literaur lainnya, nama Soekarno masih tetap dipertahankan.
Hanya saja apabila mengikuti aturan yang berlaku, penulisan nama Soekarno yang benar adalah Sukarno berdasarkan EYD, dilansir dari situs resmi hoops co.id