Demonstrasi puluhan pelajar dan mahasiswa di depan Kantor DPRD Kalteng, Kota Palangka Raya, pada Rabu (2/7/2025) siang, diwarnai oleh aksi saling dorong antara aparat kepolisian yang berjaga di pintu kantor dan para demonstran yang menyampaikan aspirasi.
Demonstrasi itu dilakukan oleh sekelompok pelajar dan mahasiswa se-Kota Palangka Raya yang tergabung dalam Aliansi Tanah Air Melawan. Mereka bermaksud menyampaikan tuntutan ihwal persoalan lingkungan yang terjadi di Indonesia secara umum dan Kalteng secara khusus.
Di tengah-tengah demonstrasi berlangsung, mereka berusaha menemui pimpinan DPRD Kalteng untuk menyampaikan aspirasi, tetapi belum kunjung bertemu. Mereka pun mencoba menerobos blokade yang dilakukan pihak kepolisian di depan pintu gerbang dengan mendorong lapisan personel yang berjaga.
Saat itulah terjadi saling dorong antara mahasiswa dan aparat kepolisian.
Di tengah insiden saling dorong itu, beberapa demonstran mengaku mendapat pukulan dari petugas kepolisian yang berjaga. Salah satunya adalah Sugiaryanto, massa aksi dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Palangka Raya. “Ini ada buktinya, seperti benjolan di kepala dan beberapa garukan di lengan saya, mungkin itu,” ujar Sugiaryanto saat diwawancarai awak media sembari menunjukkan bagian tubuh yang mengalami memar
Dia pun menceritakan kronologi kejadian pemukulan itu. Dikatakannya, massa aksi sempat mengalami gesekan dengan aparat kepolisian yang berjaga. Menurutnya, gesekan dengan aparat adalah hal yang wajar dalam setiap aksi, namun pihaknya tidak bisa menoleransi adanya pemukulan.
“Gesekan antara massa aksi dan kepolisian adalah hal yang biasa, namun yang menjadi persoalannya adalah tragedi pemukulan tersebut. Kami tidak pernah memukul duluan, tetapi kami dipukul duluan,” ujarnya. Sugiaryanto mengaku bahwa pihaknya memiliki bukti rekaman dalam bentuk video dari tragedi tersebut. Menyikapi bentuk intimidasi tersebut, pihaknya menyatakan bakal kembali melakukan konsolidasi dalam waktu dekat.
“Kami akan melakukan konsolidasi lanjutan dari kejadian ini,” pungkasnya.
Selain Sugiaryanto, juga ada Nahason (17) dari Aliansi Pelajar Kalteng yang mengaku mendapat pengalaman serupa di tengah-tengah aksi tersebut. Usai aksi berlangsung, Kepala Bagian Operasional (Kabagops) Polresta Palangka Raya, Komisaris Polisi Permadi, yang memimpin langsung proses pengamanan demonstrasi di lapangan, enggan memberikan komentar kepada awak media.
“Enggak usah aja, enggak usah aja,” ucap Permadi saat berusaha dimintai komentar oleh sejumlah awak media. Awak media juga berupaya meminta komentar dari Kapolsek Pahandut, Komisaris Polisi Volvy Apriana, di sela-sela berakhirnya aksi demonstrasi, tetapi yang bersangkutan juga enggan berkomentar. dilansir dari situs resmi kompas co.id.