Serangan udara Israel ke Gaza menewaskan sedikitnya sembilan warga Palestina, dengan mayoritas merupakan wanita dan anak-anak, pada Rabu (1/1/2025). Konflik yang telah berlangsung hampir 15 bulan ini semakin memanas tanpa tanda-tanda perdamaian.
Mahmud Bassal, juru bicara badan pertahanan sipil Gaza menyebutkan bahwa serangan tersebut menargetkan sebuah rumah di Kota Jabalia yang dihuni oleh pengungsi dari keluarga Badra, Abu Warda, dan Taroush.
Sejak Oktober 2024, Israel melancarkan operasi darat dan udara besar-besaran di Gaza utara, termasuk wilayah Jabalia. Otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa serangan Israel ke Gaza terbaru di wilayah ini menewaskan tujuh orang, termasuk wanita dan empat anak, serta melukai belasan lainnya.
Menurut laporan Rumah Sakit Martir Al-Aqsa, serangan lain Israel di kamp pengungsi Bureij di Gaza tengah juga menewaskan seorang wanita dan anak-anak, menurut laporan Rumah Sakit Martir Al-Aqsa. Sebagian besar korban serangan adalah warga sipil yang tidak bersenjata, memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa lebih dari 45.000 warga Palestina telah tewas sejak perang dimulai, dengan wanita dan anak-anak menyumbang lebih dari setengah korban jiwa. Serangan tersebut juga telah menghancurkan infrastruktur vital, membuat sekitar 90% dari total 2,3 juta penduduk Gaza kehilangan tempat tinggal.
Dengan musim dingin yang semakin parah, ribuan orang kini tinggal di tenda-tenda darurat di tepi pantai. Cuaca dingin ekstrem dan minimnya fasilitas medis telah menyebabkan kematian bayi akibat hipotermia.
Upaya mediasi internasional untuk mengakhiri konflik ini terus menemui jalan buntu. Hamas menuntut gencatan senjata permanen, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras melanjutkan serangan Israel ke Gaza hingga tercapai kemenangan total, dilansir dari situs resmi beritasatu co.id
