Meskipun secara umum Indonesia memasuki musim kemarau, sejumlah besar wilayah di tanah air masih diguyur hujan deras. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi bahwa fenomena ini, yang dikenal sebagai “kemarau basah,” diperkirakan akan berlanjut hingga Agustus 2025.
Kondisi cuaca yang tidak biasa ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak yang ditimbulkannya.
Menurut situs resmi BMKG, prakiraan kemarau basah ini mengindikasikan curah hujan di atas normal untuk periode Juni hingga Agustus 2025.
Data menunjukkan bahwa sejumlah proyek BMKG yang terdampak akan mengalami peningkatan curah hujan abnormal. Pada Juli, angka ini diproyeksikan mencapai 75,3%, dan pada Agustus, bahkan meningkat hingga 84,94%.
Puncak musim kemarau di bulan Agustus, yang seharusnya menjadi periode kering, justru akan menjadi fase transisional (pancaroba) menuju musim hujan berikutnya yang diperkirakan akan berlangsung antara September dan November. Sementara itu, musim hujan normal diprediksi akan dimulai antara Desember 2025 dan Februari 2026.
Fenomena kemarau basah ini seringkali dikaitkan dengan anomali iklim global, seperti La Nina yang dapat memperkuat curah hujan di wilayah Indonesia. Selain itu, faktor lokal seperti pemanasan suhu muka laut di sekitar perairan Indonesia juga dapat berkontribusi pada peningkatan intensitas hujan.
Dampak dari kemarau basah ini sangat signifikan. Peningkatan curah hujan di luar musimnya berpotensi memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang, tanah longsor, dan angin puting beliung di berbagai daerah. Sektor pertanian, khususnya tanaman yang sensitif terhadap kelebihan air, juga berisiko mengalami gagal panen.
Infrastruktur, terutama di daerah rawan banjir, perlu diwaspadai terhadap potensi kerusakan.
Imbauan dan Antisipasi dari Pemerintah
Menyikapi prakiraan ini, pemerintah dan BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah-langkah antisipasi.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Siaga Bencana: Masyarakat di daerah rawan banjir dan longsor diminta untuk terus memantau informasi cuaca dari BMKG dan pemerintah daerah setempat. Persiapan evakuasi dan jalur penyelamatan darurat perlu dipahami.
- Pengelolaan Irigasi: Petani disarankan untuk berkoordinasi dengan dinas pertanian setempat guna mengatur pola tanam dan sistem irigasi yang sesuai dengan kondisi curah hujan yang tidak menentu.
- Perbaikan Drainase: Pemerintah daerah diharapkan untuk segera melakukan pembersihan dan perbaikan sistem drainase perkotaan serta saluran air untuk meminimalisir genangan dan banjir.
- Kesehatan: Masyarakat juga perlu waspada terhadap penyakit yang rentan saat musim hujan, seperti demam berdarah dan diare, dengan menjaga kebersihan lingkungan.
- BMKG akan terus memantau perkembangan cuaca dan mengeluarkan peringatan dini jika diperlukan. Masyarakat diimbau untuk selalu mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan yang ditimbulkan oleh fenarasi kemarau basah ini. dilansir dari situs resmi lombokpost co.id.