Harapan publik terhadap kebangkitan Timnas Indonesia U-23 kian membuncah. Di bawah komando pelatih anyar asal Belanda, Gerald Vanenburg, skuad muda Garuda bersiap menghadapi tantangan besar di Piala AFF U-23 yang akan digelar 25–27 Juli 2025. Indonesia pun dipercaya sebagai tuan rumah kompetisi bergengsi kawasan ini.
Pertemuan kontra Malaysia di fase grup menjadi sorotan tersendiri. Duel klasik yang sarat gengsi ini selalu memantik adrenalin, dan kali ini, masyarakat menanti sentuhan taktik Vanenburg dalam meracik strategi.
Pelatih yang dikenal mengusung filosofi sepak bola modern ini memiliki dua opsi utama dalam mengatur format permainan. Pertama, formasi 4-3-3 khas Belanda dengan penekanan pada penguasaan bola dan penetrasi tajam dari lini tengah dan sayap. Formasi ini memungkinkan dua gelandang menyerang bergerak bebas mendukung lini depan yang diisi striker seperti Hokky Caraka atau Jens Revan.
Namun jika ingin bermain lebih direct dan memanfaatkan keunggulan fisik di lini depan, Vanenburg bisa beralih ke skema 4-4-2. Dengan dua sayap cepat mengirimkan umpan silang ke jantung pertahanan lawan, duet Jens-Hokky akan menjadi ancaman nyata bagi pertahanan tim-tim ASEAN.
Adaptabilitas ini menjadi kekuatan tersendiri. Timnas U-23 tak hanya punya talenta, tapi juga fleksibilitas taktik—suatu kemewahan yang jarang dimiliki.
Dengan kombinasi strategi Eropa dan semangat Garuda, publik Indonesia patut menantikan kejutan dari Vanenburg dan anak-anak asuhnya di turnamen ini. Laga kontra Malaysia bisa jadi pembuktian pertama, bahwa Garuda Muda kini terbang lebih tinggi dan lebih taktis. dilansir dari situs resmi pesawaran inside co.id.
