Nama Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto kembali menjadi sorotan publik.
Keduanya disebut-sebut dalam pusaran dugaan penyelundupan ekspor bijih nikel ke China yang tengah menjadi isu panas, khususnya terkait aktivitas tambang di Kepulauan Raja Ampat, Papua.
Dugaan keterlibatan dua tokoh politik nasional ini mencuat setelah ekonom senior Faisal Basri menyebut nama mereka secara terbuka dalam podcast Guru Gembul.
“Belum ada lagi, Guru, ada penyelundupan—yang 5,3 juta ton itu. Karena, Guru, kalau barang dilarang, seperti narkoba misalnya, pasti ada pasar gelap. Kalau permintaan di luar negeri masih ada, maka tetap ada yang menyelundupkan. Nah, yang menyelundup itu petinggi-petinggi,” ujar Faisal Basri dalam podcast berjudul Faisal Basri: Bobby Nasution, Menantu Jokowi, Penyelundup Nikel yang Kebal Hukum.
Video yang diunggah pada 23 Februari 2024 itu telah ditonton lebih dari 267 ribu kali.
Saat ditanya siapa yang dimaksud dengan “petinggi”, Faisal Basri tidak menutup-nutupi. Ia justru secara terang-terangan menyebut dua nama: Airlangga Hartarto dan Bobby Nasution.
“Airlangga Hartarto, misalnya,” kata Faisal.
“Waduh, sebut nama, Pak,” sahut Guru Gembul dengan ekspresi kaget.
“Menantunya Pak Jokowi, Bobby Nasution. Saya sebut nama, dan nama itu saya dapatkan dari KPK,” tegas Faisal Basri.
Klaim Data dari KPK dan ITC
Guru Gembul pun mempertanyakan apakah pernyataan Faisal dapat dipertanggungjawabkan, termasuk sumber informasi dan data yang digunakan.
“Dari KPK, karena saya juga membantu KPK. Ini kasus korupsi, dengan potensi kerugian negara ratusan triliun,” ujar Faisal.
Ia mengaku menunjukkan data ekspor bijih nikel ilegal ke China kepada pihak penegak hukum. Menurutnya, meskipun secara resmi Indonesia tidak mencatat ekspor bijih nikel sejak 2020, data dari negara tujuan menunjukkan hal sebaliknya.
“Gampang, Guru. Bijih nikel dilarang ekspor, jadi secara data Indonesia nol ekspor dari 2020 sampai 2022. Tapi saya nggak percaya. Karena manusia ada sifat setannya: nyelundup, apalagi untungnya besar,” bebernya.
Faisal mengaku mengecek data melalui International Trade Center (ITC) di bawah World Trade Organization (WTO).
“Gampang sekali, Guru. Di WTO ada yang namanya ITC. Mereka kompilasi data perdagangan luar negeri dari semua negara anggota. Saya cek data dari China—ternyata China mencatat impor bijih nikel dari Indonesia, padahal Indonesia mengklaim nol,” ungkapnya.
Faisal menyebut bahwa berdasarkan data tersebut, China mengimpor 5,3 juta ton bijih nikel dari Indonesia selama periode 2020–2022.
Masih dalam Tahap Investigasi
Lebih lanjut, Faisal mengatakan bahwa informasi ini juga telah dipresentasikan oleh tim Kejaksaan dan KPK. Namun, ia belum bisa membocorkan detail lanjutan karena proses investigasi masih berlangsung.
“Bukan cuma nikel, Guru. Saya dipresentasikan oleh tim dari kejaksaan dan KPK. Rantai pasoknya lengkap, tapi untuk bagian ini saya belum bisa ungkapkan lebih lanjut karena masih diselidiki,” pungkasnya. dilansir dari situs resmi ftnews co.id.