Dewan Konstitusi Kamerun menyatakan Presiden Paul Biya, yang memerintah sejak 1982, terpilih kembali dalam pemilihan yang diwarnai kekerasan mematikan. Melansir Al Jazeera pada Selasa (28/10/2025), Dewan tersebut mengumumkan Biya, 92 tahun, meraih 53,66% suara pada pemilihan 12 Oktober.
Calon oposisi Issa Tchiroma memperoleh 35,19%, menurut pernyataan dewan. “Dengan ini diumumkan sebagai presiden terpilih: calon Biya Paul,” kata Clément Atangana, Ketua Dewan Konstitusi.
Tchiroma — mantan juru bicara pemerintahan dan mantan menteri yang kini memasuki usia akhir 70-an — sebelumnya mengklaim kemenangan beberapa hari sebelum pengumuman resmi, mengutip hasil yang menurutnya telah dikumpulkan partainya. Biya menepis klaim tersebut.
Pada Minggu (26/10/2025), sedikitnya empat orang tewas di kota terbesar Kamerun, Douala, ketika pasukan keamanan bentrok dengan pengunjuk rasa yang menuntut hasil pemilu yang kredibel.
Setelah pengumuman resmi, Tchiroma menuduh dalam unggahan Facebook bahwa tembakan diarahkan ke warga sipil yang berkumpul di luar kediamannya di kota utara Garoua.
Biya telah memegang kendali ketat atas kekuasaan sejak menjabat 43 tahun lalu, termasuk menghapus batas masa jabatan presiden pada 2008 dan berulang kali menang telak dalam pemilu.
Masa jabatan baru selama tujuh tahun berpotensi mempertahankan penguasa terlama di dunia itu hingga mendekati usia 100 tahun. Desmond Ngala, kepala Civic Watch Cameroon, mengatakan kepada Al Jazeera sebelum pengumuman bahwa hasil pemilu lebih atau kurang diperkirakan dan Biya diprediksi menang.
Dia menambahkan kekhawatiran bahwa negara bisa menjadi lumpuh jika kerusuhan terus berlanjut. Keterlambatan dalam proses penghitungan suara memicu kecurigaan kubu oposisi. Sepanjang pekan lalu, pengunjuk rasa bentrok dengan aparat keamanan setelah hasil parsial yang dilaporkan media lokal menunjukkan Biya berpeluang memenangkan pemilu.
Kerusuhan meluas ke sejumlah kota, termasuk ibu kota Yaoundé, dengan laporan sedikitnya 30 aktivis ditahan. Pemerintah dan partai penguasa menolak semua tuduhan intervensi dalam pemilu.
Tchiroma, yang kampanyenya menggaet dukungan massa serta koalisi partai oposisi dan kelompok sipil, menegaskan dalam unggahan setelah pengumuman pasukan keamanan menewaskan dua orang lagi saat menembaki pendukungnya. “Korban serangan mereka: dua tewas.
Saya heran apa yang akan dikatakan kali ini? Menembak dari jarak dekat terhadap saudara sendiri — saya tak bisa tidak bertanya apakah kalian tentara bayaran. Bunuh saya jika mau, tapi saya akan membebaskan negara ini dengan cara apa pun yang diperlukan. Betapa nyata impunitasnya,” tulisnya. dilansir dari situs resmi bisnis co.id
 
								 
								 
												