Di balik sejarah panjang Kesultanan Aceh dan kenangan tsunami 2004 yang membekas, Banda Aceh menyimpan kekayaan lain yang menggoda: kuliner khasnya yang sarat rempah dan budaya. Kota yang dikelilingi gugusan Bukit Barisan ini bukan hanya surganya pantai dan masjid bersejarah, tetapi juga rumah bagi citarasa yang menggugah selera siapa pun yang datang.
Mie Aceh, Simfoni Rempah di Atas Piring
Jika hanya boleh mencoba satu makanan khas Aceh, maka Mie Aceh adalah jawabannya. Hidangan ini tidak sekadar makanan, melainkan representasi sejarah percampuran budaya India, Arab, dan Melayu.
Dengan racikan rempah seperti kapulaga, jintan, kunyit, cabai merah, dan bawang putih, mie ini hadir dalam dua versi: goreng dan kuah. Topping-nya pun bisa dipilih sesuai selera—mulai dari telur, daging sapi, kambing, hingga seafood. Biasanya disajikan bersama acar dan emping, Mie Aceh dapat dengan mudah ditemukan di hampir setiap sudut kota, dari warung kopi sederhana hingga restoran hotel berbintang. Harganya? Terjangkau, mulai dari Rp 10 ribu saja.
Kuah Beulangong, Kelezatan dari Belanga Besar
Beranjak dari mie, kita berkenalan dengan Kuah Beulangong—sebuah gulai khas Aceh yang dimasak dalam belanga besar. Terbuat dari daging kambing atau sapi, masakan ini dibumbui seperti kari dan biasanya diberi campuran nangka muda atau batang pisang.
Hidangan ini tidak hanya soal rasa, tetapi juga soal kebersamaan. Di Aceh, kuah beulangong kerap muncul dalam acara besar, disajikan untuk pejabat, tamu penting, atau rombongan wisata. Penjualnya tersebar di berbagai penjuru Banda Aceh, biasanya buka hanya pada siang hari.
Sie Reuboh, Warisan yang Mengendap di Tanah
Jika Anda beruntung datang saat meugang—hari menjelang Lebaran—cobalah Sie Reuboh, daging rebus khas Aceh. Uniknya, daging direbus tanpa air dalam periuk tanah, kemudian disimpan semalam sebelum dimasak ulang dengan siraman cuka enau. Hasilnya adalah daging empuk dengan aroma khas yang hanya bisa ditemukan di Aceh.
Walau langka, ada beberapa rumah makan yang menyajikannya sepanjang tahun dalam bentuk kuah atau abon. Rasanya? Sulit dijelaskan, tapi pasti menggugah.
Sate Matang, Hangat dari Bireuen ke Banda Aceh
Tak kalah menarik, Sate Matang hadir sebagai warisan dari Matang Geuleumpang Dua, Bireuen. Berbeda dari sate pada umumnya, daging kambing atau sapi dibumbui secara merata sebelum dibakar, lalu disajikan dengan kuah kacang dan sup berempah. Sate ini mudah ditemukan di Banda Aceh—misalnya, di kawasan Peunayong, tepat di depan Hotel Medan.
Kue Apam, Manisnya Tradisi
Saat sore menjelang, aroma harum dari tungku kayu menyapa hidung. Itulah kue apam, jajanan khas Aceh yang terbuat dari tepung beras, santan, dan air kelapa. Dibuat dalam cetakan tanah liat, apam bukan hanya camilan, tapi juga simbol silaturahmi dan kebersamaan.
Pada bulan Rajab, ada tradisi “teut apam” di mana warga berkumpul untuk membuat dan menyantap apam bersama. Kini, apam bisa dinikmati di warung-warung kopi, terutama di daerah Ulee Kareng dan Jalan Panglima Nyak Makam, dengan harga mulai Rp 1.000 saja.
Timphan dan Sambai Oen Peugaga, Cita Rasa Musiman
Kue timphan, terbuat dari tepung ketan dan dibungkus daun pisang, berisi serikaya atau kelapa parut. Manis dan legit, ia menjadi sajian khas dalam hari besar dan kenduri.
Sementara itu, Sambai Oen Peugaga hanya muncul di bulan Ramadhan. Dibuat dari 44 jenis dedaunan seperti pegagan, urap khas Aceh ini dipercaya memiliki khasiat kesehatan dan menjadi hidangan wajib saat berbuka puasa.
Festival Rasa di Tanah Rencong
Ingin mencicipi semuanya sekaligus? Datanglah ke Aceh Culinary Festival yang rutin digelar dalam rangka Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) setiap lima tahun. PKA 2023 yang mengusung tema “Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia” telah sukses digelar di Taman Sulthanah Safiatuddin. PKA ke-9 akan hadir lagi di tahun 2028.
Namun, Anda tak perlu menunggu lima tahun sekali. Cukup berjalan kaki menyusuri kota Banda Aceh, Anda bisa menemukan surga rasa yang tersebar di tiap sudut. Dari warung tenda sederhana hingga rumah makan tradisional, kuliner Aceh siap menyambut siapa pun yang datang—hangat, penuh rasa, dan penuh cerita. Selamat mencoba, selamat menikmati Aceh. dilansir dari situs resmi RRI co.id.