Fenomena childfree kian berkembang di Indonesia. Kini terdapat sekitar 8 persen atau hampir setara dengan 71 ribu perempuan berusia 15-49 tahun di Indonesia memilih untuk childfree.
Hal itu berdasarkan data SUSENAS 2022 dalam laporan yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) edisi 2023 berjudul “Menelusuri Jejak Childfree di Indonesia” melalui DATAin.
Lantas, apa itu childfree? Childfree merupakan sikap atau keputusan individu dewasa atau pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak, baik secara biologis maupun melalui proses adopsi. Kini istilah childfree lebih erat dengan pilihan hidup, bahkan kerap dipilih secara sadar dan sukarela.
Istilah childfree sendiri bukanlah hal baru, telah banyak dipraktikan di negara-negara Barat. Sementara di Indonesia sendiri, meski tidak diketahui titik awal yang jelas, fenomena childfree mulai trend pada 2020.
Namun, perkembangan childfree di Indonesia mulai terlihat dari penyebaran informasi melalui media sosial. Beberapa publik figur juga memutuskan untuk childfree.
Istilah childfree juga kerap dikaitkan dengan isu feminisme, di mana seorang perempuan memiliki kedaulatan untuk mengambil keputusan, termasuk memilih kebebasan untuk mengendalikan tubuhnya sendiri, seperti tidak menjalankan fungsi reproduksi secara sepenuhnya.
Pada dasarnya fungsi reproduksi berupa menstruasi (haid), mengandung (hamil), melahirkan, dan menyusui hanya dimiliki oleh perempuan.
Dalam laporan BPS tersebut, childfree terkait dengan feminisme, memberi perempuan lebih banyak peluang untuk mengeksplorasi peran sosial di luar keluarga seperti karir dan pendidikan.
Alasan yang mendasari childfree
Pilihan untuk childfree ini bukan berarti perempuan atau pasangan tersebut tidak menyukai anak, melainkan mereka memiliki alasan-alasan tertentu yang mendasari keputusannya, diantaranya:
1. Kondisi finansial
Kondisi keuangan atau finansial di dalam sebuah keluarga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang atau pasangan memutuskan memilih childfree. Membesarkan serta merawat anak, bukanlah hal yang mudah tentu membutuhkan persiapan finansial yang matang. Hal ini lantaran biaya hidup kini semakin mahal.
Masyarakat yang mendukung childfree beranggapan bahwa memiliki anak dapat mempengaruhi ketidakstabilan ekonomi dan ketakutan akan beban finansial dalam keluarga.
Memiliki anak sebagai beban yang tidak dapat mereka tanggung. Sehingga masyarakat yang takut tidak mampu atau finansial yang dirasa belum mumpuni untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik, dalam membiayai atau mengurus anak cenderung memilih untuk childfree.
2. Mental kesiapan menjadi orang tua
Kondisi mental yang tidak stabil dan cenderung memiliki kekhawatiran saat memiliki anak menjadi pertimbangan lainnya. Pasangan atau individu cenderung memiliki kekhawatiran, bahwa tidak mampu menjadi orang tua yang membesarkan anak dengan baik.
Terutama pada perempuan yang belum siap menjadi seorang ibu, dengan kondisi mental yang tidak stabil dikhawatirkan akan mempengaruhi pola asuh anak, bahkan kehidupannya di masa depan. Mereka kerap merasa tidak pantas untuk menjadi seorang ibu karena belum dapat sebaik orang tuanya dalam mendidik
3. Trauma masa kecil
Trauma masa kecil menjadi salah satu faktor yang memengaruhi keputusan perempuan untuk memilih childfree. Salah satunya seperti dampak dari pola asuh keluarga di masa lalu.
Kesalahan pola asuh akan memberi dampak negatif pada anak, terutama pada psikologisnya. Dia tumbuh dan melihat apa yang terjadi di dalam keluarganya, sehingga apa yang dilihatnya semasa kecil pun akan memengaruhi pilihannya ketika dewasa.
Salah satunya seperti pola asuh orang tua terbilang agresif, baik secara verbal maupun fisik seperti dipukul dan dipermalukan. Sehingga hal ini membuatnya memilih untuk childfree karena takut membawa pola asuh seperti itu.
4. Memiliki masalah kondisi fisik tertentu
Memiliki masalah kondisi fisik tertentu seperti ada penyakit bawaan atau kronis, yang membuat dirinya tidak bisa atau tidak mampu memiliki seorang anak. Kondisi tersebutlah yang menjadi alasan terbesar seorang individu maupun pasangan memilih untuk childfree.
5. Alasan personal
Alasan personal dari seseorang atau pasangan juga kerap memilih untuk childfree, sebab mereka merasa nyaman dengan kondisi tersebut. Salah satunya seperti individu atau pasangan memilih childfree ingin fokus pada pengembangan diri, karier, dan mencapai tujuan hidup tanpa terikat oleh tanggung jawab mengasuh anak.
Selain itu, berkembangnya jumlah yang memilih childfree dipicu oleh penemuan alat kontrasepsi yang aman, meningkatnya kesempatan pendidikan. Keputusan untuk hidup tanpa anak merupakan pilihan hidup yang sangat pribadi. dilansir dari situs resmi antara co.id.