Breaking News

Breaking News

Beranda » 4 Keputusan Bodoh Si Bintang Laut Usai Timnas Dihempas Australia
0 comment

4 Keputusan Bodoh Si Bintang Laut Usai Timnas Dihempas Australia

Timnas Indonesia harus menelan pil pahit setelah mengalami kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia putaran ketiga grup C. Pertandingan yang berlangsung di Sydney Football Stadium pada Kamis (20/3/2025) itu menjadi mimpi buruk bagi skuad Garuda.

Gol-gol kemenangan Australia dicetak oleh Martin Boyle, Nishan Velupillay, Jackson Irvine (dua gol), dan Lewis Miller. Sementara satu-satunya gol balasan Indonesia dilesakkan oleh Ole Romeny pada menit ke-78.

Hasil ini membuat para pendukung Timnas Indonesia merasa kecewa, yang terlihat dari ramainya tagar #Kluivertout di media sosial X.

Bahkan, Instagram pelatih Patrick Kluivert pun dibanjiri komentar dari suporter Garuda yang meluapkan kekecewaan mereka. Kekalahan ini menyoroti berbagai keputusan strategis yang diambil oleh Kluivert, yang dinilai menjadi penyebab utama keterpurukan Timnas Indonesia di laga tersebut.

Keputusan Patrick Kluivert yang Dipertanyakan

1. Minimnya Gelandang Bertahan

Pada era Shin Tae-yong, Timnas Indonesia selalu memiliki gelandang bertahan yang mampu menjaga keseimbangan di lini tengah. Ivar Jenner kerap dimainkan untuk membantu Thom Haye dalam duel perebutan bola.

Namun, Kluivert justru memilih menurunkan Nathan Tjoe-A-On bersama Thom Haye, yang lebih mengandalkan teknik. Akibatnya, lini tengah Indonesia menjadi lemah dan mudah ditembus oleh pemain Australia yang mengandalkan permainan cepat.

2. Turunkan Nathan Tjoe-A-On sebagai starter jadi petaka?

Kluivert sebelumnya menyatakan hanya ingin memanggil pemain yang memiliki jam terbang tinggi di klubnya. Namun, keputusan untuk menurunkan Nathan Tjoe-A-On justru menjadi bumerang. 

Pemain Swansea City itu hanya sekali tampil pada musim ini, sehingga keputusannya untuk bermain sejak awal laga melawan Australia sempat diragukan oleh banyak pihak. Kekhawatiran tersebut terbukti ketika Nathan kesulitan menghadapi serangan cepat dari tim tuan rumah.

3. Garis Pertahanan Tinggi

Patrick Kluivert tampaknya kurang mempertimbangkan bahwa Australia adalah tim langganan Piala Dunia. Dengan menerapkan formasi 4-3-3 dan garis pertahanan tinggi, Indonesia justru memberikan celah bagi Australia untuk melancarkan serangan balik cepat.

Gol kedua Australia yang dicetak Nishan Velupillay pada menit ke-20 menjadi bukti bagaimana lini belakang Indonesia gagal mengantisipasi taktik ini. Strategi ini berbanding terbalik dengan pendekatan Shin Tae-yong sebelumnya, yang lebih berhati-hati dan mengandalkan serangan balik.

4. Kurang koordinasi antar pemain

Timnas Indonesia tampil kurang kompak di laga ini. Jarak antar pemain yang terlalu renggang membuat pertahanan Indonesia mudah dieksploitasi oleh Australia.

Beberapa kali terlihat bahwa koordinasi antar lini tidak berjalan dengan baik, sehingga memberikan ruang bagi lawan untuk mendominasi permainan. Australia yang memiliki pengalaman bermain di Piala Dunia pun mampu memanfaatkan kelemahan ini dengan sangat baik.

Kekalahan ini menjadi ujian berat bagi Pelatih Timnas Indonesia Patrick Kluivert. Ia harus segera melakukan evaluasi dan membuktikan kualitasnya sebagai pelatih saat Indonesia melakoni laga kandang menghadapi Bahrain pada 25 Maret 2025, dilansir dari situs resmi berita satu co.id

Leave a Comment

javanica post

Javanica Post adalah portal berita online yang dikelola oleh PT. Javanica Media Digital, salah satu anak perusahaan dari Javanica Group.

Edtior's Picks

Latest Articles

©2024 javanica post. All Right Reserved. Designed and Developed by Rizarch